Sumber: Unair News |
Rumput laut bukan sesuatu yang asing lagi di telinga kita, ia kerap dimanfaatkan untuk banyak bahan baku pembuatan produk-produk pangan, misalnya jelly rumput laut, nori, sup rumput laut, dan masih banyak lainnya.
Rumput laut merupakan golongan makro alga yang mengandung klorofil. Rumput laut berasal dari perairan dangkal yang umumnya menempel pada benda lain. Seperti pasir, kayu, karang mati, maupun kulit kerang. Tindakan hidup menempel tersebut dilakukan karena tanamannya tidak memiliki akar, batang, dan daun sejati. Namun, rumput laut mempunyai struktur kerangka tubuh berupa talus. Bentuk talus pada tanamannya juga bervariasi, ada yang berbentuk bulat, tabung, pipih, lembaran, hingga seperti helai rambut. Dewasa ini, Gracilaria sp menjadi jenis rumput laut yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia.
Dengan jumlah yang besar ini, maka tidak heran kalau berdasarkan keterangan dari Kementrian Kelautan dan Perikanan Indonesia, negara kita adalah salah satu produsen utama rumput laut di dunia. Nah, selain enak dimakan dan bermanfaat bagi kesehatan manusia, ternyata tanaman rumput laut juga bermanfaat bagi kelestarian lingkungan. Apa saja kira-kira manfaatnya bagi lingkungan perairan? Yuk, kita cari tahu sama-sama.
1. Mampu menyerap karbon dalam jumlah besar
Penyerapan karbon oleh rumput laut tidak hanya terjadi pada yang tumbuh secara alami, tetapi juga yang dibudidayakan. Seperti kelp (Macrocystis dan Laminaria) yang memiliki laju fotosinteis dan produktivitas tinggi yaitu ≥ 3.000 g C per m2 per tahun. Dilansir pula dari tulisan yang dipublikasikan oleh Bank Dunia, produksi 500 juta ton rumput laut dapat menyerap 135 juta karbon atau sekitar 35% dari total karbon yang berkahir di laut setiap tahunnya dari emisi gas rumah kaca.
2. Meningkatkan kualitas air laut
Seperti yang kita ketahui, bahwa tingkat pencemaran air laut semakin meningkat. Sehingga kondisi ini dapat memperburuk kualitas air laut dan membahayakan kehidupan aneka biota laut yang hidup di dalamnya. Misalnya adalah pada tahun 2014, dari hasil produksi 124 juta ton nitrogen yang digunakan sebagai pupuk di seluruh dunia, 15-30% di antaranya memiliki kemampuan untuk menyerap nitrogen dan aneka polutan yang mencemari laut itu. Bank Dunia memperkirakan bahwa apabila pada tahun 2050 target membudidayakan 500 juta ton rumput laut bisa tercapai, sekitar 10 juta ton nitrogen yang berakhir di laut dapat teserap. Bahkan tanaman tersebut diketahui mampu manghapus hingga 95% logam limbah tambang di perairan (Warta Ekspor, 2013).
3. Menjadi sumber pangan bagi biota laut
Bagi biota laut, rumput laut merupakan produsen primer dalam rantai makanan dan sumber pangan bagi hewan herbivora di perairan, seperti ikan, bulu babi, dan gastropoda umumnya menjadi pemangsa tanaman air tersebut. Seperti yang kita ketahui, makro alga mengandung pigmen fotosintetik sehingga dapat menyediakan mekanan sendiri dengan bantuan sinar matahari dan nutrisi yang ada di air laut. Sebagai produsen primer, makro alga melakukan proses fotosintesis. Meskipun makroalga memilikiproporsi kecil dalam menyumbang produktivitas primer di laut, namun makro alga menumbang biomassa dan proporsi besar dalam produktivitas primer di ekosistem laut (Tait dan Sciel, 2010).
Referensi
Farah, Nadia. (2022). Mengenal Manfaat Rumput Laut Bagi Kesehatan Lingkungan. Dikutip dari: https://econusa.id/id/ecodefender/rumput-laut-kelestarian-lingkungan/.\
Tait L. W. and D. R. Schiel. 2010. Primary productivity of intertidal macroalgal assemblages: comparison of laboratory and in situ photorespirometry. Marine Ecology progress Series, 416: 115-125.
Warta Ekspor. (2013). Rumput Laut Indonesia. Dikutip dari: http://djpen.kemendag.go.id/app_frontend/admin/docs/publication/6201390367517.pdf
Penulis : Nazhifah Salsabila
Editor : Humas KSEP