Ekosistem Akuatik Kolam Ikan Laboratorium Kimia, Universitas Nasional

 

    Ekosistem perairan merupakan suatu unit ekologis yangmempunyai komponen biotik dan abiotik yang saling berhubungan dihabitat perairan. Komponen biotik terdiri atas komponen flora dan fauna.Sedangkan komponen atbiotik terdiri atas komponen tidak hidup misalnya air dan sifat fisik dan kimianya. Ekosistem akuatik berdasarkan salinitasnya dibagi menjadi tiga yaitu ekosistem perairan tawar, ekosistem perairan payau, dan ekosistem perairan laut. Sedangkan perairan adalah suatu kumpulan massa air pada suatu wilayah tertentu, baik yangb ersifat dinamis (bergerak atau mengalir) seperti laut dan sungai maupun statis (tergenang) seperti danau. Perairan ini dapat merupakan perairan tawar, payau, maupun asin (laut). 

    Komponen biotik pada perairan terdiri dari produsen dan konsumen. Produsen merupakan organisme yang dapat membuat makanannya sendiri, sedangkan konsumen merupakan organisme yang tidak dapat membuat makanannya sendiri sehingga mengambil makanan dari golongan produsen. Komponen abiotik pada perairan terdiri dari air, lumpur, batu-batuan, sampah, organisme yang mati, karbondioksida, oksigen, nitrit, fosfat, dan unsur-unsur abiotik lainnya. Antara kompenen biotik dan abiotik ini saling berkaitan dan saling mempengaruhi (Andayaningsih, 2022). 

    Dalam ekosistem, organisme akan beradaptasi dengan lingkungan fisik dan sebaliknya lingkungan fisik juga akan mempengaruhi organisme untuk hidup. Sungai merupakan suatu badan air yang mengalir ke satu arah dari sumber (hulu) menuju muara (hilir). Ekosistem sungai berarti interaksi yang tak terpisahkan antara organisme-organisme yang hidup di dalamnya. Aliran air dan gelombang secara teratur memberikan oksigen pada air. Ketinggian daratan memberikan perbedaan suhu pada air. Air sungai yang mengalir deras tidak mendukung keberadaan organisme (plankton) untuk berdiam diri, karena akan terbawa arus. Sebagai gantinya terjadi fotosintesis dari ganggang yang melekat dan tanaman berakar. Jadi teta pterjadi rantai makanan. Organisme yang dapat bertahan hidup tidak terbawa arus karena mengalami adaptasi revolusioner, misalnya bertubuh tipis dorsoventral dan dapat melekat pada batu.

    Semua kehidupan tergantung secara langsung atau tidak langsung pada produktivitas primer. Produktivitas primer adalah tingkat di mana organisme produktif menyimpan energi potensial melalui fotosintesis dan kemosintesis (menggunakan hasil sintesis) sebagai bahan organik untuk makanan. Dapat juga diartikan bahwa produktivitas primer adalah konversi karbon anorganik menjadi karbon organik dan sumber makanan bagi organisme heterotrof. Produktivitas primer ditentukan oleh oksigen terlarut, fotosintesis dan respirasi fitoplankton. Faktor yang mempengaruhi produktivitas perairan meliputi faktor fisik seperti suhu; kimia, seperti pH dan nutrisi, dan biologis, seperti keanekaragaman fitoplankton (Nuzapril, 2019). Pada ekositem kolam yang diamati ditemukan banyak tumbuhan, seperti Pisticia stratiotes, Echinodoros sp, Sauropus androgynus, Petiveria sp, Oxalis sp, dan Diatome. Kedudukan produsen yang beragam menyebabkan beragamnya jenis makanan yang nantinya akan dikonsumsi oleh konsumen tingkat pertama.

    Laju fotosintesis sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya dan keberadaan fitoplankton di perairan. Fotosintesis hanya dapat terjadi jika intensitas cahaya yang mencapai sel alga lebih besar dari intensitas tertentu. Fitoplankton yang produktif dapat ditemukan di lapisan permukaan air yang intensitas cahayanya cukup untuk terjadinya fotosintesis. Rendahnya tingkat fotosintesis yang dihasilkan mungkin disebabkan rendahnya ketersediaan fitoplankton atau mungkin terpengaruh sebelum waktu pengukuran. Fotosintesis yang berlangsung juga dipengaruhi oleh konsentrasi klorofil kemudian mempengaruhi ketersediaan fitoplankton (Nuzapril, 2019). Dari hasil pengamatan dapat dilihat pada masing-masing sisi kolam terdapat fitoplankton, yaitu Diatome, sehingga dapat dikatakan intensitas cahaya yang masuk ke kolam cukup baik dan fotosintesis dapat optimal.

    Produktivitas sekunder mencakup semua hewan yang mengkonsumsi produktivitas primer, seperti zooplankton, larva ikan, herbivora, dan ubur-ubur. Memahami produktivitas sekunder terkait dengan memahami hubungan antara produktivitas dan biomassa. Konsumen primer yang ditemukan dalam ekosistem hanya zooplankton, sedangkan konsumen sekunder yang ditemukan lebih beragam, yaitu ikan koi dan ikan lele. Selain dari segi makanan yang tercukupi. Konsumen primer dan sekunder juga hidup di dukung dari segi faktor abiotik juga. Suhu pada kolam kanan sebesar 28ºC dan pada sisi kiri sebesar 27ºC. Hal tersebut menunjukkan suhu yang optimal untuk pertumbuhan organisme. Suhu untuk pertumbuhan organisme pada umumnya berkisar antara 27-29ºC. Organisme akan tetap hidup baik meskipun suhunya melewati suhu optimum. Nilai pH yang terlalu tinggi ataupun rendah dapat mempengaruhi kesintasan populasi terkait. Adapun setiap populasi memiliki derajat keasaman optimum yang berbeda-beda agar dapat sintas dan berkembang biak. Pada ekosistem kolam nilai pH sebesar 6,5 yang menunjukkan pH tidak terlalu asam ataupun basa, sehingga biotik yang ada di dalam kolam tidak terganggu dan menunjukkan populasi yang meningkat pada satu jenis saja (Asriyana, 2021).

             Referensi :

Andayaningsih, D., Rahayu, S E., Yenisbar. 2022. Penuntun Praktikum Ekologi Tumbuhan; REVISI. Jakarta : Universitas Nasional. Halaman 24-26.

Asriyana, S. P., dan Yuliana, S. P. 2021. Produktivitas Perairan: Edisi Revisi. Bumi Aksara

Dwi, Y. 2022. Siklus Materi Dan Aliran Energi Dalam Ilmu Ekologi. Doctoral Dissertation. Uin Raden Intan Lampung).

Nuzapril, Mulkan., Seyo Budi Susilo, & James P. Panjaitan. 2019. Sebaran Produktivitas Primer Kaitannya dengan Kondisi Kualitas Air di Perairan Karimun Jawa. Jurnal Segara. Vol. 15: 9-17.


        Penulis    : Syivaul Jannah Al Hanif

        Editor    : Humas KSEP 

Post a Comment

Previous Post Next Post