A. Pemanasan Global
Pemanasan global terjadi karena emisi gas rumah kaca yang berlebihan seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dinitrogen oksida (NOx), klorofluorokarbon (CFC), dan gas-gas lainnya ke atmosfer. Gas-gas ini memerangkap radiasi inframerah dan ultraviolet gelombang panjang yang dipantulkan oleh Bumi, sehingga mencegahnya keluar ke luar angkasa melalui lapisan ozon. Sebaliknya, radiasi tersebut dipantulkan kembali ke permukaan bumi, yang menyebabkan peningkatan suhu. Lapisan ozon (O3), yang secara alami terbentuk melalui reaksi fotolitik molekul oksigen di stratosfer, bertindak sebagai penyaring, memblokir sekitar 80% radiasi ultraviolet berenergi tinggi dan panjang gelombang pendek sebelum mencapai permukaan Bumi.
B. Dampak Pemanasan Global terhadap Fitoplankton
Dalam proses fotosintesis di laut, fitoplankton secara langsung menangkap CO2 dari atmosfer dan menggunakannya sebagai bahan baku fotosintesis yang menghasilkan oksigen terlarut (O2) untuk respirasi organisme laut lainnya. Fitoplankton juga berfungsi sebagai pompa karbon biologis, menyerap CO2 dari atmosfer dan kolom air. Di bagian laut yang lebih dalam, CO2 didaur ulang ke permukaan dan dilepaskan kembali ke atmosfer. Oleh karena itu, jika terjadi kematian massal fitoplankton, maka penyerapan CO2 akan berkurang, yang mengakibatkan peningkatan kadar CO2 di atmosfer dan kolom air.
Fitoplankton di lautan tidak hanya mengontrol dan mengatur iklim global, tetapi juga mengalami dampak negatif dari perubahan iklim yang disebabkan oleh pemanasan global. Penurunan ukuran dan populasi fitoplankton mempengaruhi produktivitas primer sehingga mengganggu rantai makanan di laut. Fitoplankton merupakan penghasil utama bahan organik di perairan laut. Akibatnya, penurunan kelimpahan zooplankton sebagai konsumennya berpotensi menyebabkan penurunan populasi ikan pada tingkat trofik yang lebih tinggi.
Sebagai kesimpulannya, pemantauan komunitas fitoplankton di lautan secara terus menerus dan simultan sangat diperlukan untuk memahami dampak pemanasan global terhadap perkembangannya. Peran penting fitoplankton dalam mengendalikan iklim global melalui kemampuannya untuk menyerap CO2 secara langsung dari atmosfer dan kolom air menggarisbawahi pentingnya melestarikan komunitas fitoplankton dalam hal ukuran dan kelimpahannya. Dalam beberapa percobaan ilmiah sebelumnya, pemupukan dilakukan di Samudra Selatan dekat Antartika di area seluas 300 km2 dengan menggunakan zat besi (Fe) sebagai nutrisi. Dalam waktu delapan minggu, hal ini secara signifikan meningkatkan produktivitas primer hingga sepuluh kali lipat, meningkatkan kapasitas fitoplankton untuk menyerap CO2.
Referensi:
Penulis : Marcelita Putri Utami
Editor : Humas KSEP