Sumber: Metro Tempo.co
Krisis air bersih merupakan permasalahan yang dihadapi bangsa
Indonesia hingga seluruh dunia akibat meningkatnya pencemaran yang memasuki
badan air, sementara kebutuhan air bersih terus meningkat seiring dengan
pertambahan penduduk. salah satu bahan pencemar badan perairan adalah limbah
domestic yaitu sisa pembersih detergen yang dibuang langsung ke perairan.
Berdasarkan UU No.23 tahun 1997, pencemaran air adalah masuknya/dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan
anusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu dan menyebabkan
air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
Limbah domestic seperti limbah laundry yang mengandung
detergen yang tidak diolah terlebih dahulu sebelum memasuki sungai dan
terakumulasi di laut akan menyebabkan pencemaran. Salah satu kandungan detergen
yang berdampak pada pencemaran perairan adalah surfaktan. Surfaktan dalam
jumlah tertentu dapat menimbulkan busa di permukaan perairan sehingga proses
difusi oksigen dari udara terganggu (Larasati et al, 2021). Suprawi (2014)
menyatakan bahwa limbah domestic merupakan faktor terbesar (66 – 70%) penyebab
pencemaran sungai.
Limbah detergen yang berlebihan pada perairan dapat mempengaruhi sifat fisik perairan, dimana adanya buih pada perairan yang mengganggu difusi oksigen sehingga kandungan oksigen yang dapat dimanfaatkan oleh biota air tidak maksimal dan dapat mengganggu kehidupan pada ekosistem perairan (Ardiyanto dan Yuantari, 2016). Selain penurunan kadar oksigen terlarut, masuknya limbah detergen juga dapat menimbulka bau dan keruh (Yuliani et al, 2015). Adanya limbah detergen pada perairan dapat menaikkan pH air. pH sangat berpengaruh pada tingkat toksitas bahan pencemar dan kelarutan beberapa gas. pH di perairan dapat dipengaruhi oleh limbah detergen yang masuk ke dalam air (Gazali et. Al, 2013). Proses biologis akan berlangsug baik dan stabil pada rentang pH air 6,8 – 9 (Asrosi, 2021). Menurut Goel dan Kaur (2012) pencucian air menggunakan detergen bubuk dapa meningkatkan kadar pH, total padatan terlarut (TDS), klorida, sulfat, karbonat, bikarbonat. Sebagai biota perairan, ikan merupakan salah satu mikroorganisme yang menerima dampak nyata dari pencemaran perairan oleh detergen. Menurut Tanjung dan Humuma (2019) pencemaran dari buangan detergen di perairan dapat merusak organ ikan tergantung konsentrasi dan waktu pemaparan. Organ ikan yang dapat mengalami degradasi fungsi akibat pencemaran detergen antara lain kulit ikan, insang, organ pencernaan dan hati ikan.
Pencemaran perairan oleh detergen perlu ditanggulangi dan diminimalisir agar tidak menyebabkan akibat yang lebih fatal seperti menggunakan detergen alami, melakukan pengolahan sebelum dibuang ke badai air/sungai.
Referensi
Ardiyanto P dan Yuantari MG. 2016. Analisis Limbah
Laundry Informal Dengan Tingkat Pencemaran Lingkungan di Kelurahan Muktiharjo
Kidul Kecamatan Perundungan Semarang. Jukung (Jurnal Teknik
Lingkungan)
Asrosi MK. 2021 Pemetaan Kualitas Air di Surabaya. Envirotex:
Jurnal Ilmiah Teknik Lingkunagn 13: 41-7
Gazali I, Widiatmono BR, Wirosoedarmo R. 2013.
Evaluasi Dampak Pembuangan Limbah Cair Pabrik Kertas Terhadap Kualitas Air
Sungai Klinter Kabupaten Nganjuk. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan
Biosistem 1: 1-8.
Goel G, Kaur S. 2012. A Study on Chemical
contamination of water due to household laundry detergents. Journal of Human
Ecology 38: 65-9
Larasati NN, Wulandari SY, Maslukan L, et al. 2021.
Kandungan Pencemaran Deterjen dan Kualitas Air di Peairan Muara Sungai Tapak,
Semarang. Indonesian Journal of Oceanography 3: 1- 13.
Tanjung RH, Humuma B. 2019. Konsentrasi Surfaktan
dan Minyak di Perairan Depapre, Kabupaten Manokrawi, Provinsi Papua.
Penulis: Ziyadatul Hoiroh
Editor: Humas KSEP