Sumber Daya Laut di Indoneisa dan Potensinya

 

sumber foto: Grid.id

Indonesia merupakan negeri kepulauan yang berarti memiliki wilayah peraiaran yang lebih luas dibanding daratannya. Berdasarkan informasi dari Badan Informasi Geospasial, luas wilayah Indonesia untuk daratan ialah 1.922.570 km2 dan perairan 3.257.483 km2, yang berarti totalnya adalah 5.180.053 km2. Dengan demikian, Indonesia secara historis dianggap sebagai negara maritim.

Laut Indonesia diketahui memiliki sumber daya yang tinggi dan telah banyak dimanfaatkan dalam bidang pangan, industri, kesehatan, serta lingkungan. Sumber daya hayati laut Indonesia meliputi hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun, rumput laut, dan perikanan laut (DAHURI et al., 1996).

A.    Hutan Mangrove

Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang sangat berperan bagi sumberdaya ikan. Ekosistem mangrove berfungsi sebagai tempat mencari makan bagi ikan, tempat memijah, tempat berkembang biak dan sebagai tempat memelihara anak. Ekosistem mangrove juga dapat berfungsi sebagai penahan abrasi yang disebabkan oleh gelombang dan arus, selain itu ekosistem ini juga secara ekonomi dapat dimanfaatkan sebagai kayu bakar, alat tangkap ikan dan bahan membuat rumah. Ekosistem hutan mangrove di Indonesia mempunyai keanekaragaman hayati tertinggi di dunia dengan jumlah total spesies 89, terdiri dari 35 spesies tanaman, 9 spesies perdu, 9 spesies liana, 29 spesies epifit, dan 2 spesies parasitik. Keanekaragaman hayati hutan mangrove yang tinggi merupakan aset yang sangat berharga baik dilihat dari fungsi ekologi maupun fungsi ekonomi.

A.    Terumbu Karang

Terumbu karang adalah ekosistem yang memerlukan nutrien lingkungan dengan konsentrasi rendah, seperti di lautan tropis, dimana tumbuhan dan organisme autotrof lainnya seringkali memanfaatkan nitrogen dan fosfor yang tersedia. Cahaya merupakan salah satu faktor yang penting bagi karang hermatypic (kelompok karang yang mampu membentuk terumbu). Cahaya dibutuhkan oleh simbion karang zooxanthellae yang hidup di dalam jaringan tubuh karang hermatypic yang merupakan penyuplai utama kebutuhan hidup karang. Terumbu karang memiliki nilai penting sebagai sumber makanan, habitat bagi berbagai biota laut yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi, sebagai penyedia jasa alam dalam kegiatan wisata bahari, sebagai tempat perlindungan bagi satwa laut lainnya dari hewan pemangsa, tempat mencari makan dan berkembang biak bagi ikan-ikan terumbu dan sebagai penghalang bagi daerah pantai dari terjangan gelombang. 

B.     Padang Lamun

Ekosistem padang lamun mempunyai peran penting, ditinjau dari beberapa aspek keanekaragaman hayati padang lamun memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Indonesia diperkirakan memiliki 13 jenis lamun. Selain itu padang lamun juga merupakan habitat penting untuk berbagai jenis hewan laut, seperti: ikan, moluska, krustasea, ekinodermata, penyu, dugong, dll. Lamun dapat juga mengurangi dampak gelombang pada pantai sehingga dapat membantu menstabilkan garis pantai. Secara ekonomi padang lamun menyediakan berbagai sumberdaya yang dapat digunakan untuk menyokong kehidupan masyarakat, seperti untuk makanan, perikanan, bahan baku obat, dan pariwisata. Ancaman terhadap lamun ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya tekanan terhadap padang lamun antara lain perubahan fisik dasar laut, seperti erosi, sedimentasi, dan pelumpuran yang mengurangi wilayah dan kepadatan tutupan padang lamun, kekeruhan yang mempengaruhi kapasitas fotosintesis dan pertumbuhan pada lamun, metode penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan, seperti trawl, penangkapan ikan berlebih yang dapat menurunkan tingkat keragaman hayati di ekosistem padang lamun. Padang lamun merupakan daerah penggembalaan (grazing ground) bagi hewanhewan laut seperti "duyung" (mamalia), penyu laut, bulu babi dan beberapa jenis ikan. Padang lamun juga merupakan daerah asuhan (nursery ground) bagi larva-larva berbagai jenis ikan. Tumbuhan lamun dapat digunakan sebagai bahan makanan dan pupuk. Misalnya samo-samo (Enhalus acaroides) oleh penduduk Kepulauan Seribu dimanfaatkan bijinya sebagai bahan makanan

C.     Rumput Laut

Potensi rumput laut (alga) di perairan Indonesia dapat diamati dari potensi lahan budidaya rumput laut yang tersebar di 26 propinsi di Indonesia. Potensi rumput laut di Indonesia mencakup areal seluas 26.700 ha dengan potensi produksi sebesar 462.400 ton/ tahun (DAHURI et al, 1996). Secara tradisional rumput laut dimanfaatkan oleh masyarakat pesisir terutama sebagai bahan pangan, seperti untuk lalapan, sayur, acar, manisan, kue, selain juga dimanfaatkan sebagai obat (NONTJI, 1987). Pemanfaatan untuk industri dan sebagai komoditas ekspor berkembang pesat pada beberapa dasawarsa terakhir ini. Pemanfaatan rumput laut untuk industri terutama oleh kandungan senyawa kimia didalamnya, khususnya karagenan, agar, dan algin. Karagenan merupakan bahan kimia yang dapat diperoleh dari berbagai jenis alga merah. seperti Gelidium, Gracilaria dan Hypnea, sedan" algin adalah bahan yang terkandung dalam alga coklat seperti Sargassum. Algin banyak digunakan dalam industri kosmetika sebagai bahan pembuat sabun, cream, lotion, shampo, dalam industri farmasi digunakan untuk membuat emulsifier, stabilizer, tablet, salep, kapsul, dan filter. Algin juga dipakai dalam industri tekstil, keramik, fotografi, dan sebagai bahan aditif.

A.    Perikanan

sumber daya perikanan laut Indonesia kurang lebih 6,4 juta ton per tahun, diikuti oleh potensi budidaya laut, yang terdiri dari budidaya berbagai jenis ikan, udang, moluska, dan rumput laut dengam potensi luasan budidaya sebesar 2 juta ha. Banyaknya keanekaragaman sumber daya hayati di laut dan adanya habitat yang luas membuat potensi laut sebagai sumber daya pangan semakin besar, hal ini juga akan mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

 

Referensi:

DAHURI, R.; J. RAIS; S. P. GINTING dan M.J. SITEPU 1996. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Paramita, Jakarta, xxiv: 305 hal.

Darsono, P. Pemanfaatan Sumber Daya Laut dan Implikasinya Bagi Masyarakat Nelayan. Balai Biologi Laut, Puslitbang Oseanologi - LIPI. Jakarta. Volume XXIV, Nomor 4, 1999 : 1 – 9. ISSN 0216- 1877

Lasabuda, Ridwan. (2013). Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan dalam Perspektif Negara Kepulauan Republik Indonesia. Jurnal Ilmiah Platax, I-2: 92-101

Sulistiyono, Singgih Tri. (2012). Sumber Daya Pangan Bahari dalam Perspektif Sejarah. Jurnal Humanika: Jurnal Ilmiah Kajian Humaniora, 15(9)

 Penulis: Tsabitah 

Tim Editor: Humas KSEP



Post a Comment

Previous Post Next Post