Air merupakan
kebutuhan pokok bagi setiap mahkluk hidup terutama manusia. Manusia menggunakan
air sehari-hari untuk minum, memasak, mandi, dan lain-lain. Namun aktivitas
manusia kerap kali menjadi penyebab utama penurunan kualitas air. Limbah
industri, limbah domestik rumah tangga dan limbah pertanian, pembangunan dan
penjarahan hutan menyebabkan berkurangnya kualitas mata dari pegunungan, karena
telah bercampur dengan lumpur. Kondisi ini mengakibatkan air bersih menjadi
sumber daya yang semakin terbatas, sehingga dalam 50 tahun terakhir konsumsi
air telah meningkat dua kali lipat. Kandungan besi dan mangan yang tinggi pada
air sumur akan menyebabkan warna air secara visual merah kecokelatan dan
berbau.Kondisi ini memerlukan pengolahan pada air baku untuk memperoleh
kualitas air yang dipersyaratkan sesuai dengan peruntukannya (Fardiaz, 1992).
Menurut beberapa
penelitian mengatakan bahwa penggunaan eceng gondok dapat mengurangi logam
berat seperti kromium (Cr) pada air limbah industri. Dapat dikatakan bahwa eceng
gondok memiliki peran sebagai penyerap unsur logam dalam air sehingga dapat berpotensi untuk meningkatkan kualitas air.
Seperti halnya pada contoh kasus di bekas lahan tambang batubara. Menurut Pujawati (2006), penggunaan eceng gondok pada air bekas penambangan batubara, memiliki kemampuan menyerap logam besi dan mangan. Penelitian ini juga dilakukan oleh Rusmiawati et al.,pada tahun 2013, dengan kombinasi saringan pasir skala rumah tangga pada waktu 7 hari dan 14 hari. Hasil yang efektif pada penelitian ini terlihat pada waktu 7 hari di kolam eceng gondok, penyerapan besi 99,8%, mangan 97,1% dan kekeruhan 0,4%. Penyerapan kadar besi padasaringan pasir 32,5%, mangan 21,2% dan kekeruhan 0,66%, sehingga bisa disimpulkan bahwa penyerapan besi lebih efektif pada kolam eceng gondok dari pada saringan pasir.
Selain mempunyai manfaat, Eceng Gondok juga memiliki dampak negatif. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, pertumbuhan Eceng Gondok cukup pesat sehingga menyebabkan gangguan lingkungan. Seperti pada kasus di Rawa Pening terdapat pertumbuhan Eceng Gondok yang tidak terkendali, sehingga mengganggu aktivitas transportasi perairan, dan menyebabkan pendangkalan danau. Pada kasus lain, Eceng Gondok juga dapat menyebabkan berkurangnya intensitas cahaya dan oksigen terlarut sehingga terjadi gangguan ekosistem air.
Masalah yang ditimbulkan dari populasi Eceng Gondok yang berlebih dapat di tangani dengan cara penggunaan herbisida yaitu penggunaan senyawa yang disebarkan untuk memberantas gulma. Lalu bisa juga dengan cara memanfaatan eceng gondok dengan menjadikannya suatu produk yang bernilai ekonomi. Selain itu, penangangan lainnya juga bisa dengan pengambilan eceng gondok secara langsung.
Daftar Pustaka
Pujawati, Eny
Dwi. 2006. Pertumbuhan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes Mart. Slom) pada Air
Bekas Penambangan BatuBara. J. Hutan Tropis Borneo 18:94-103.
Rumiawati, Asnan
&Yurin Hermawan Prasety. 2013. Identifikasi Tipologi Rumah Tradisional
Melayu Di Kabupaten Langkat Dan Perubahannya. Dalam Loka Teknologi Pemukiman
Medan (Eds), Jurnal Pemukiman Vol.8 No.2 (hlm 78-88). Binjai: Pusat Litbang
Pemukiman, Badan Litbang kementrian Pekerjaan Umum.
Srikandi
Fardiaz, 1992, Mikrobiologi Pangan 1, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Penulis: Balqis Ratu Fathona
Tim Editor: Humas KSEP