Indonesia dikenal sebagai negara maritim
yang berbentuk kepulauan yang diapit oleh dua samudra, yakni Samudra Hindia dan
Samudra Pasifik. Hal ini menjadikan Indonesia kaya akan berbagai biota laut.
Selain itu juga diuntungkan dengan letaknya di garis khatulistiwa. Namun sangat
disayangkan, seiring berjalan nya waktu kegiatan eksploitasi sumber daya
kelautan serta tingginya tingkat polusi, tampaknya dibutuhkan pemeriksaan untuk
menentukan kondisi pasti ekosistem laut Indonesia saat ini. maka dari itu LIPI
selaku badan otoritas ilmiah telah mengadakan beberapa riset untuk memeriksa
kondisi biodiversitas laut Indonesia sebagai langkah awal upaya konservasi
untuk jangka panjang. Berdasarkan studi yang telah dilakukan LIPI, sekitar 7,1
hektar terumbu karang sudah dimonitor, dan hasilnya tidak terlalu baik. Hanya
perairan di kawasan Papua dan Wakatobi saja yang kondisinya sehat. Sisanya
tidak terlalu baik, dengan tingkat kerusakan sedang hingga besar.
Selain itu
juga Indonesia sudah kehilangan sebagian besar mangrovenya dan tercatat kehilangannya
lebih dari setengah hutan mangrove, dari 4,2 juta hektar hingga 2 juta hektar.
Masalah yang dihadapi oleh terumbu karang dan mangrove juga dialami ekosistem
padang lamun. Ekosistem padang lamun Indonesia kurang dipelajari dibandingkan
dengan terumbu karang dan mangrove. Tetapi berdasarkan berbagai indikasi,
padang lamun juga sangat rentan terhadap gangguan alam dan kegiatan manusia
diantaranya Seperti pengerukan terkait
pembangunan real estate pinggir laut, pelabuhan, industri, saluran navigasi,
limbah industri terutama logam berat dan senyawa organolokrin, pembuangan
limbah organik, limbah pertanian, pencemaran minyak, dan perusakan habitat di
lokasi pembuangan hasil pengerukan
Menurut
data penelitian tahun 2018-2019, status padang lamun di perairan Indonesia masih
dikategorikan kurang sehat, sedangkan untuk terumbu karang masih berada dalam
kategori medium dengan tingkat biomasa yang tergolong rendah. Berdasarkan dari
data 2019 dari 1153 lokasi terumbu karang, ada sekitar 390 terumbu karang
(33,82%) masuk kategori buruk, 431 terumbu karang (37,38%) masuk kategori
sedang, 258 terumbu karang (22,38%) masuk kategori baik dan 74 terumbu karang
(6,42%) masuk kategori sangat baik. Program pemantauan padang lamun pada tahun
2018-2019 menyimpulkan bahwa padang
lamun di Indonesia umumnya memiliki komposisi multispesies, dengan tujuh hingga
sembilan spesies lamun dan memiliki kelimpahan yang relatif sedang dengan
tutupan anatar 30-40 persen. Selain itu, hasil pemantauan juga menemukan bahwa
padang lamun di bagian timur Indonesia umumnya lebih tinggi dalam persen
tutupan dan kekayaan spesies daripada padang lamun di bagian barat Indonesia. Komunitas
karang sangat terpengaruh oleh sedimentasi, yang dapat menyebabkan matinya
karang. Salah satu contoh nya yang paling mengerikan adalah pada kegiatan pembuangan
tailing oleh Freeport McMoRan di tambang emas, perak, tembaga di Papua Barat.
Pembuangan limbah tailing mengalir ke Sungai Otomina dan Ajkwa, menuju ke Laut
Arafura. Tambang ini memproduksi dan membuang lebih dari 200.000 ton tailing
per hari, lebih dari 80 juta ton per tahun. Diperkirakan, tambang ini telah
memproduksi lebih dari tiga miliar ton tailing, sebagian besar berakhir di
lautan
DAFTAR PUSTAKA
http://lipi.go.id/berita/Kondisi-Terkini-Ekosistem-Pesisir-Indonesia/22072 di akses pada 7 April 2021
Laut Indonesia
dalam Krisis, di akses dari
http://www.greenpeace.org/seasia/id/PageFiles/533771/Laut%20Indonesia%20dalam%20Krisis.pdf
di akses pada 7 April 2021
di akses pada 7 April 2021