Menurut Odum (1994),
hewan benthos memegang beberapa peran penting dalam perairan seperti dalam
proses dekomposisi dan mineralisasi material organik yang memasuki perairan
serta menduduki beberapa tingkatan trofik dalam rantai makanan. Berdasarkan
cara hidupnya, bentos dibedakan atas 2 kelompok yaitu: infauna dan epifauna
(Barnes & Mann, 1994). Infauna adalah kelompok makrozoobentos yang hidup
terbenam di dalam lumpur (berada di dalam substrat), sedangkan epifauna adalah
kelompok makrozoobentos yang hidup menempel di permukaan dasar perairan
(Hutchinson, 1993).
Makrozoobentos merupakan salah satu organisme akuatik yang menetap di dasar perairan, memiliki pergerakan relatif lambat dan dapat hidup relatif lama sehingga memiliki kemampuan untuk merespon kondisi kualitas perairan, serta sering dijadikan sebagai bioindikator (Zulkifli dan Setiawan 2011). Ada bebeberapa faktor yang mempengaruhi antara lain faktor biatik dan abiotik, faktor biotik yang berpengaruh diantaranya adalah produsen, yang merupakan salah satu sumber makanan bagi hewan bentos. Peranan langsung makrozoobentos adalah sebagai salah satu rantai makanan sehingga keberadaannya menentukan produktivitas suatu kawasan perairan (Tim Peneliti Dosen Muda, 1991).
Mahmudi,
dkk, (1999), juga mempertegas bahwa makrozoobentos mempunyai peranan penting di
ekosistem sungai, yaitu :
(1). Dapat memberikan informasi mengenai
pemindahan dan penggunaan energi dalam ekosistem sungai,
(2). Mempunyai peranan dalam proses self
purification sungai, dan
(3). Dapat digunakan untuk kepentingan
restorasi perairan sungai dengan cara mencipatakan habitat yang mendorong
kolonisasi makrozoobentos. komunitas makrozoobentos bahkan menjadi sumber
energi untuk perikanan di ekosistem sungai.
Beberapa organisme
makrozoobentos sering digunakan sebagai spesies indikator kandungan bahan
organik dan dapat memberikan gambaran yang lebih tepat dibandingkan pengujian
fisika dan kimia (Guntur, 1993) Menurut Nugroho (2006), bahwa faktor yang
mempengaruhi keberadaan makrozoobentos dalam perairan adalah faktor fisika
kimia lingkungan perairan, seperti suhu air, kandungan unsur kimia seperti
kandungan ion hidrogen (pH), oksigen terlarut (DO), dan kebutuhan oksigen biologi
(BOD).
Menurut Rini (2007), beberapa jenis makrozoobentos seperti serangga dari ordo Ephemeroptera, Plecoptera dan Trichoptera membutuhkan kualitas air dengan kandungan oksigen terlarut yang tinggi dan keberadaannya menjadi indikasi kualitas air yang masih baik. Selanjutnya Sutapa et al (1999) mengatakan Ephemeroptera, Plecoptera dan Trichoptera merupakan kelompok intoleran terhadap polutan organik dan konsentrasi logam yang tinggi dari limbah yang masuk ke badan perairan. Jenis makrozoobentos lainnya dapat bertahan hidup di perairan dengan kandungan oksigen rendah karena memiliki saluran pernafasan yang menyerupai snorkel dan dapat menyimpan dan membawa gelembung udara atau oksigen di dalam tubuhnya atau di bawah bagian sayapnya.
Daftar Pustaka
Zulkifli H dan Setiawan D. 2011.
Struktur dan fungsi komunitas makrozoobentos di perairan Sungai Musi Kawasan
Pulokerto sebagai Instrumen Biomonitoring. Jurnal Natur Indonesia 14(1):95-99.
Harahap A.2019.Peranan Makrozoobentos
sebagai Bioindikator Kualitas Air di Sungai Bilah Labuhan Batu. Medan :
Universitas Sumatera Utara
Y Rosdatina, T.Apriadi. W.R.Melani.
2019. Makrozoobentos sebagai bioindikator kualitas perairan pulau Penyengat, Kepulauan Riau.
Rini, D. A. 2007. Mengenal
Makroinvertebrata Bentos. Warta Konservasi Lahan Basah. Hlm. 3.
http://onrizal.files.wordpress.com/2008/09/onrizal.wk/6- 15-3okt 2007. Jurnal
Saintek Perikanan Vol. 3 No. 2 2008 : 33 – 36
sutapa, I, Purnowati, S.U. 1999. Menilai
Kesehatan Sungai Berdasarkan Indikator Biologis, Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyaratan
& Lingkungan
Odum, E. P. 1994. Dasar-dasar Ekologi.
Edisi Ketiga. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta
Nugroho, A. 2006. Bioindikator Kualitas
Air. Universitas Trisakti, Jakarta
Mahmudi, M. 2010. Estimasi Produksi Ikan
Melalui Nutrien Serasah Daun Mangrove di Kawasan Reboisasi Rhizophora, Nguling,
Pasuruan, Jawa Timur. Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Diponegoro
Guntur. 1993. Studi Kasus Perairan
Sungai Brantas Dengan Menggunakan Makrozoobentos Sebagai Indikator Pencemaran
Lingkungan Perairan. Laporan Penelitian. Pusat Studi Lingkungan Universitas
Brawijaya Malang.
Tim Peneliti Dosen Muda. 1991.
Identifikasi dan Koleksi Fauna DAS Ciliwung serta Prospek Pemanfaatannya
(Plankton dan Benthos). Laporan Akhir Penelitian. Departemen Biologi. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Ditulis oleh : Alfinda Ma’rufah Ludita Putri
Editor: Tim Humas