Pestisida Merusak Ekosistem Air




Pestisida berasal dari kata pest = hama dan cida = pembunuh, jadi artinya pembunuh hama. Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman atau hasil pertanian. Keman, (2001) menjelaskan bahwa pestisida yang banyak digunakan biasanya merupakan bahan kimia toksikan yang unik, karena dalam penggunaannya, pestisida ditambahkan secara sengaja ke dalam lingkungan dengan tujuan untuk membunuh beberapa bentuk kehidupan organisme. Idealnya pestisida hanya bekerja pada organisme sasaran yang dikehendaki saja dan tidak berdampak fatal pada organisme lain yang bukan sasaran. Kenyataanya, kebanyakan bahan kimia yang digunakan sebagai pestisida merupakan bahan kimia toksikan umum yang tidak bersifat selektif pada satu organisme saja. Melainkan dapat berdampak pada banyak organisme termasuk manusia dan organisme lain yang diperlukan oleh lingkungan. Pencemaran pestisida juga disebabkan dari kuantitas penggunaan pestisida. Pada waktu penggunaan pestisida pada lahan pertanian, perkebunan dan tegalan, tidak semua bahan aktif dari pestisida tersebut menuju tanaman yang merupakan target sasaran. Akan tetapi lebih dari separuhnya akan terbuang dan hanyut bersama aliran air sehingga menyumbang terjadinya pencemaran air di perairan.


Pestisida terbagi menjadi 2 jenis yaitu; alami dan kimia. Pestisida yang paling kuat menyebabkan terjadinya pencemaran air adalah pestisida kimia, karena lebih banyak mengandung residu endosulfan. Dimana jika kandungan ini semakin tinggi kadarnya dalam pestisida akan menyebabkan banyaknya kandungan kimia yang terserap oleh tanah, sehingga terjadi erosi dan pengurangan kualitas pada air.


Analisis kualitas air sungai mengacu pada baku mutu yang digunakan mengacu kriteria mutu air sesuai kelas pada Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Bila didapati tingginya kandungan BOD (>12) pada lokasi tersebut ada kemungkinan tingginya aktivitas manusia yang berpotensi menimbulkan limbah organik. Banyaknya limbah organik inilah yang menyebabkan kebutuhan oksigen dari masing masing organisme meningkat. Kandungan BOD akan berpengaruh terhadap menurunnya oksigen terlarut di perairan tersebut serta akan berdampak langsung pada peningkatan kandungan COD pada perairan.  Tingginya kandungan COD (>100) pada sekitar sungai, dapat dihasilkan dari lahan pertanian dan industri yang tidak terolah dengan baik. Tingginya kandungan COD pada air tanah sangat dipengaruhi oleh tingginya BOD akibatnya terjadi penurunan kualitas perairan. Kualitas air yang memiliki kondisi perairan yang buruk sebagai sumber baku dapat menganggu aktifitas lainnya seperti; perikanan, sumber air minum, serta kegiatan lainnya. 

Selain dilihat dari kadar kimia, pencemaran berat perairan juga bisa dilihat dari kadar biologinya. Seperti yang diungkapkan oleh Mikhail A. Beketov dan Matthias Liess dari Helmholtz Centre for Environmental Research (UFZ) di Leipzig, bersama dengan Ben Kefford dari University of Technology, Sydney dan Ralf B. Schäfer dari Institute for Environmental Sciences Landau, menganalisis dampak pestisida seperti insektisida dan fungisida, terhadap keanekaragaman hayati invertebrata dalam air yang mengalir. Penelitian pertama yang meneliti dampak pestisida pada keanekaragamann hayati regional ini menggunakan data dari Jerman, Perancis dan Victoria di Australia. Hasilnya, berdasarkan analisis data di Eropa dan Australia, tim peneliti menemukan kerusakan keanekaragaman hayati regional yang cukup signifikan, terutama berkurangnya jumlah serangga dalam air dan invertebrata air tawar yang lain. Perbedaan keanekaragaman hayati antara wilayah yang tercemar berat pestisida dan wilayah yang tidak tercemar mencapai 42% di Eropa dan 27% di Australia.
Tim peneliti juga menemukan, berkurangnya keanekaragaman hayati juga dipicu oleh hilangnya sejumlah spesies akibat penggunaan pestisida. Spesies-spesies ini termasuk berbagai jenis serangga dan capung, yang menjadi sumber makanan penting bagi hewan-hewan lain dalam rantai makanan, termasuk bagi ikan dan burung.

Keanekaragaman biologi dalam air hanya bisa dijaga oleh hewan-hewan ini, yang menjadi indikator kualitas air di wilayah-wilayah tersebut. Temuan lain yang mengkhawatirkan adalah, dampak pestisida terhadap hewan-hewan kecil ini sudah masuk dalam level yang sangat parah (catastrophic) sesuai dengan peraturan terbaru yang digariskan di Uni Eropa.
Tim peneliti menyimpulkan, diperlukan aksi baru guna mencegah kerusakan keanekaragaman hayati dalam air. Aksi tersebut diantaranya dengan menetapkan konsentrasi maksimal pestisida yang bisa digunakan untuk pertanian serta menciptakan pendekatan baru yang mengaitkan antara ilmu ekologi dan ekotoksikologi, ilmu yang memelajari dampak bahan kimia beracun pada ekosistem biologi.


Sumber:
Keman S. 2001. Bahan Ajar Toksikologi Lingkungan . Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.

Penulis: Widayati Ananda Junaischa
Tim Editor: Humas KSEP

2 Comments

  1. Terima kasihhhhhhh kak infonyaaa����

    ReplyDelete
    Replies
    1. sama-sama :) terima kasih juga sudah mengunjungi blog kami

      Delete
Previous Post Next Post