Ketika Air Jadi Lawan dan Kawan: Peran Bencana dalam Bencana Alam

Halo Sobat KSEP! Air menjadi salah satu elemen yang penting bagi kehidupan. Ia mengalir melalui sungai-sungai, menyelimuti bumi sebagai lautan, dan menjadi sumber kesuburan bagi tanah. Namun, air juga memiliki sisi gelapnya, menjadi salah satu elemen yang paling sering terlibat dalam bencana alam. Banjir bandang, tsunami, badai tropis, hingga kekeringan ekstrem adalah contoh nyata bagaimana air bisa menjadi "lawan" yang menghancurkan. Namun, dalam banyak situasi, air juga menjadi "kawan" yang tak tergantikan dalam mitigasi dan pemulihan pasca-bencana. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi bagaimana air memainkan peran yang kompleks sebagai kawan dan lawan dalam bencana alam, serta bagaimana kita dapat memanfaatkannya secara bijak.

Air Sebagai Lawan

Gambar 1. Suasana pasca gempa dan tsunami di Aceh 2004 silam.
(Sumber: Okezone)

Air, dalam beberapa skenario, menjadi elemen yang tak dapat dikendalikan, mengancam kehidupan, dan mengubah wajah dunia dalam sekejap. Berikut adalah beberapa bentuk ancaman air:

  • Tsunami: Bencana tsunami mengancam penduduk pesisir dengan daya rusak yang luar biasa, meskipun kejadian ini jarang terjadi.

  • Banjir Bandang: Curah hujan yang melampaui kapasitas tanah menyebabkan banjir bandang yang menghancurkan permukiman dan infrastruktur.

  • Kekeringan: Kekurangan air juga dapat menjadi bencana yang mematikan, menyebabkan gagal panen, krisis pangan, dan kelangkaan air bersih.

Air Sebagai Kawan

  • Menyerap Dampak Panas Bumi: Air membantu menyerap panas dari atmosfer, mengurangi risiko gelombang panas ekstrem.

  • Pemulihan Pasca-Bencana: Teknologi seperti sumur bor dan sistem pengolahan air darurat memainkan peran vital dalam pemulihan daerah terdampak.

  • Mitigasi Bencana: Pengelolaan air yang tepat, seperti pembangunan bendungan, waduk, dan restorasi lahan basah, membantu mengurangi dampak bencana.

Mengelola Hubungan dengan Air

Kunci untuk menjadikan air sebagai kawan adalah melalui pengelolaan yang berkelanjutan. Investasi dalam infrastruktur seperti bendungan, kanal, dan sistem peringatan dini dapat membantu mengurangi dampak bencana air. Kesadaran masyarakat tentang pentingnya konservasi air dan mitigasi bencana perlu ditingkatkan. Langkah sederhana seperti tidak membuang sampah ke sungai dan menghemat air juga berkontribusi besar dalam pengelolaan air yang bijak.

Simpulan

Air bisa menjadi penyelamat kehidupan, tetapi juga bisa membawa kehancuran besar. Hubungan manusia dengan air harus dilandasi oleh pemahaman dan pengelolaan yang bijaksana. Dengan langkah yang tepat, air dapat lebih sering menjadi "kawan" daripada "lawan" dalam kehidupan kita. Tanggung jawab kita adalah menjadikan elemen ini sebagai bagian dari solusi, bukan ancaman.

Referensi

  • Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). (2021). Statistik Bencana Alam di Indonesia. Jurnal Kebencanaan Indonesia.

  • Sandra, A. (2024). Water and Disaster Risk Management. United Nations Office for Disaster Risk Reduction (UNDRR).

  • NASA Earth Science. The Role of Water in Climate Systems.

  • Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). Impact of Climate Change on Hydrological Cycles.

  • WWF Indonesia. (2024). Manajemen Air dan Mitigasi Bencana.

  • Lessy, M. (2021). Analisis Potensi Genangan Tsunami dan Penentuan Jalur Evakuasi Berbasis Sistem Informasi Geografis di Desa Daruba Pantai – Kabupaten Pulau Morotai. Jurnal Wilayah dan Lingkungan.


Penulis   : Nadiah Rohadatul Aisy 
Editor     : Havaliani Rivaldi (Humas KSEP)

Comments

Popular posts from this blog

Inovasi Teknologi dalam Mengatasi Pencemaran Air: Solusi untuk Masa Depan

Jenis-Jenis Tanaman Bioremediasi Air Limbah

Memantau Kualitas Air Secara Real-Time dengan Teknologi Pintar