Lamun adalah tumbuhan berbiji satu yang mempunyai akar, rimpang , daun, bunga dan buah seperti tumbuhan berpembuluh yang tumbuh di darat (Tomlinson, 1974). Lamun membentuk hamparan permadani di laut yang dapat terdiri dari satu spesies dan banyak terdapat di daerah temperate atau lebih dari satu spesies yang banyak terdapat di daerah tropis yang disebut padang lamun. Jumlah spesies lebih banyak terdapat di daerah tropik dari pada di daerah ugahari (Barber, 1985). McRoy & Hefferich (1977) menyatakan bahwa, Padang lamun pada daerah tropis adalah ekosistem alam yang paling produktif. Lamun memiliki kecepatan pertumbuhan yang tinggi (Wood, et al., 1969). Pertumbuhan dan kepadatan lamun sangat dipengaruhi oleh pola pasang surut, turbiditas, salinitas dan temperatur perairan. Lamun memiliki beragaman manfaat bagi ekosistem perairan dan juga bagi masyarakat. Jumlah spesies lebih banyak terdapat di daerah tropik dari pada di daerah ugahari (Barber, 1985).
- Lamun sebagai produsen primer tertinggi bila dibandingkan dengan ekosistem lainnya yang ada di laut dangkal seperti ekosistem mangrove dan ekosistem terumbu karang (Thayer et al 1975).
- Lamun memberikan tempat perlindungan bagi hewan dan tumbuh-tumbuhan (algae). (Kikuchi & Peres 1977).
- Daun lamun yang lebat dapat memperlambat air yang disebabkan oleh arus dan ombak, sehingga perairan disekitarnya menjadi tenang. Selain itu, rimpang dan akar lamun dapat menahan dan mengikat sedimen sehingga mampu menstabilkan dasar permukaan sehingga dapat mencegah erosi nantinya. (Gingsburg & Lowenstan 195 8, Thoraug & Austin, 1976).
- Lamun berperan dalam pendauran berbagai zat hara dan elemen-elemen yang langka di lingkungan laut.
- Kompos dan pupuk.
- Dianyam untuk membuat keranjang.
- Tumpukan untuk pematang.
- Dibuat untuk jaring ikan .
- Sebagai penyaring limbah .
- Bahan untuk pabrik kertas
- Makanan.
- Obat-obatan.
- Sumber bahan kimia. Philips & Menez (1988)
Barber,
B.J. (1985). Effects of elevated temperature on seasonal in situ leaf productivity
of Thalassia testudinum banks ex konig and Syringodium fliforme kutzing.
Aquatic Botany 22:61-69.
Ginsburg,
R. and H.A. Lowestan. (1958). The influence of marine bottom communities on the
depositional environments of sediment. J. Geol. 66 (3): 310-318.
Kikuchi,
J.M. Peres. (1977). Consumer ecology of seagrass beds, pp. 147-193. In P. McRoy
and C.Helferich (eds).
McRoy,
C.P. & C. Helferich. (1977). "Sea Grass Ecosystem" Marcel Dekker
Inc. New York & Basel pp. 314.
Phillips
R.C. and E.G. Menez. (1988). Seagrasses. Smithsonian Institution Press.
Washington, D.C.
Tangke
Umar. (2010). EKOSISTEM PADANG LAMUN (Manfaat, Fungsi dan Rehabilitasi). Jurnal
Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 3 Edisi 1.
Thayer,
G.W., S.M. Adams and M.W. La Croix. (1975). Structural and functional aspects of
a recently established Zostera marina community. In : L.E. CRONIN (ED.).
Thomlinson,
P.B. (1974). Vegetative morphology and meristem dependence - the Foundation of
Productivity in seagrass. Aquaculture 4: 107-130.
Thorhaug,
A. and C.B. Austin. (1976). Restoration of seagrass with economic analysis. Env.
Conserv. 3 (4) : 259-257.
Wood,
E. J. F. , W.E. Odum and J. C. Zieman. (1969), Influence of the seagrasses on
the productivity of coastal lagoons, laguna Costeras. Un Simposio Mem. Simp.
Intern. U.N.A.M. - UNESCO, Mexico,D.F., Nov., 1967. pp 495 - 502.
Penulis : Amalia Puja Syahfitri
Editor : Humas KSEP